Kembali Dayak Hibun di Sanggau Ritual Adat di Pedagi Aba Hiyo Nongu Nayok
MASYARAKAT ADAT OMPU HIYA (RIYAI) LAKSANAKAN MPOKANG PEDAGI ABA HIYO NONGU NAYOK
SOSOK - Setelah selesai melaksanakan masa panen padi di ladang atau muwh dalam bahasa dayak Hibun, masyarakat adat kampung Hiya atau Riyai menggelar upacara Mpokang Pedagi atau upacara syukur kepada Penompo Dato atau Tuhan Yang Maha Esa serta para leluhur masyarakat setempat yaitu Shiyoang Aba Hiyo di pedagi Nongu Nayok pada senin 15/05/2023 lalu.
Tampak hadir dalam kegiatan ini, Penasehat Pemangkou Poyo Tono Hibun Fransiskus Suwondo,SE; Kepala Desa Riyai Rusi,SE; Ketua BPD Riyai Kristoforus Candra, para tokoh masyarakat serta warga ompu atau kampung Riyai.
Dalam keterangannya Kepala Desa Riyai Rusi,SE mengatakan ini salah satu kegiatan pemeliharaan tradisi, adat dan budaya yang ada di Desa Riyai "Kegiatan ini dalam rangka memelihara tradisi, adat dan budaya yang ada di RT 01 Riyai, kegiatan ngumpan pedagi ini dilaksanakan sebelum melaksanakan gawai padi, ini lah tradisi yang setiap tahun dilaksanakan, sebagai salah satu cara warga memeliharanya agar tidak luntur dan hilang." sampainya.
Dikesempatan yang sama sebagai upaya mendorong pelestarian upacara adat di kamunitas kampung-kampung di wilayah Pemangkou Poyo Tono Hibun, anggota DPRD Provinsi Kalimantan Barat dari Fraksi Nasdem Fransiskus Suwondo,SE yang saat ini menjabat sebagai Penasehat Pemangkou Poyo Tono Hibun merasa senang karena berkesempatan menyambangi kampung Riyai atau Hiya, yaitu kampung terujung bagian barat dari wilayah Poyo Tono Hibun di Kabupaten Sanggau ini yang berbatasan langsung dengan masyarakat adat dayak sub-suku Peruan dan Belantian.
Dalam kesempatan itu beliau menyampaikan "sebagai Penasehat Pemangkou Poyo Tono Hibun, saya bangga dan berterimakasih kepada seluruh masyarakat kampung Hiya atau Riyai yang masih melestarikan adat, budaya dan tradisi peninggalan leluhur, ini sungguh luar biasa." sampainya.
Sebagai bagian dari Pemangkou yaitu sebagai Penasehat, beliau mengapresiasi sikap masyarakat yang masih mau melestarikan situs-situs budaya peninggalan leluhur. Beliau juga berharap agar situs budaya pedagi ini tetap dijaga dan dilestarikan agar anak cucu mengetahui keberadaan dan identitas diri sebagai masyarakat adat dayak Hibun.
"Jadi saya selaku pemangku mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat Riyai yang masih tetap melestarikan, harapan kami adat budaya tradisi leluhur ini tetap dijaga, dilestarikan agar anak cucu mengetahui keberadaan dan identitas jati diri selaku orang Hibun." sampainya.
Beliau juga menyampaikan bahwa keberadaan situs-situs budaya berupa pedagi peguno ini juga akan di data oleh Pemangkou Poyo Tono Hibun, agar dapat terinventarisir sebagai aset kebudaya suku Hibun serta menjadi tempat budaya religi masyarakat adat, terutama masyarakat adat dayak Hibun.
"Kami di pemangku juga bertugas untuk menginventarisir keberadaan situs-situs budaya pedagi dan mudah-mudahan ke depan pelan-pelan situs budaya pedagi ini kita rawat, kita jaga dan mungkin kedepan kita bangun supaya representative dan layak untuk kita jaga dan kita kembangkan ke depan sebagai tempat-tempat budaya religi masyarakat adat terutama masyarakat adat dayak Hibun" sampainya.
Adapun pedagi Aba Hiyo ini adalah sebuah situs budaya berbentuk patung pantak yang dipercaya oleh masyarakat setempat, sebagai wadah untuk berdiamnya roh leluhur masyarakat setempat, yang menurut kepercayaan warga setempat mampu menjadi perantara niat-niat dari warga kepada Penompo Dato atau Tuhan Yang Maha Esa.
Pedagi ini awalnya tidak diketahui siapa pembuat dan pendirinya, masyarakat percaya Aba Hiyo lah penemu dan pendiri pedagi ini pada awalnya, sehingga masyarakat setempat menyebutnya dengan sebutan Aba Hiyok Nongu Nayok.
Pedagi ini awalnya berdiri di muara sungai Nayok atau Nongu Nayok dalam penyebutan masyarakat setempat, namun berjalan waktu posisi kampung Riyai pindah dari bagian hilir kebagian hulu sungai tayan.
Akibat dari perpindahan posisi kampung ini, membuat posisi pedagi lalu berada di bagian hilir kampung Riyai, hal itu mengakibatkan munculnya kejadian-kejadian aneh di wilayah kampung Riyai pada saat itu.
Oleh masyarakat setempat, akhirnya pedagi ini dipindahkan ke bagian hulu tepatnya di bekas Bala dedek alat pertanian warga dekat sungi Pohoju.
Setelah berada di Sungi Pohoju pedagi ini dicuri oleh orang sebanyak dua kali, sehingga oleh masyarakat setempat disepakati untuk dipindahkan kembali ke dekat air Nayok, namun dengan posisi di bagian perhuluan kampung Hiya tepatnya di tawoang nkaliak.
Hingga saat ini pedagi Aba Hiyo sudah berada di tempat yang aman, menurut cerita warga setempat, pernah beberapa kali warga melaksanakan upacara adat berupa ritual adat bepinto atau beniat di pedagi ini dan mendapatkan hasil sesuai dengan harapannya.
Diliput oleh : Hendrikus Hendi
Posting Komentar